Menasihati Dan Berlaku Sederhana Dalam Memberikan Nasihat
Allah Ta'ala berfirman:
"Ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan menggunakan kebijaksanaan dan nasihat yang baik." (an-Nahl: 125)
697. Dari Abu Wail iaitu Syaqiq bin Salamah, katanya: "Ibnu Mas'ud r.a. itu memberikan peringatan - nasihat yang berisikan keagamaan - kepada kita sekali setiap hari Khamis. Kemudian ada seorang yang berkata padanya: "Hai Abu Abdir Rahman, nescayalah saya akan lebih senang lagi, jikalau engkau memberikan peringatan kepada kita itu setiap hari." Ibnu Mas'ud menjawab: "Sebenarnya saja yang mencegah saya berbuat demikian itu - yakni tidak memberikan peringatan setiap hari - ialah kerana saya tidak senang kalau saya akan menyebabkan bosannya engkau semua. Sesungguhnya saya menjaga waktu - yakni tidak setiap hari - memberikan nasihat kepadamu semua ini sebagaimana keadaannya Rasulullah s.a.w. yang juga menjaga waktu memberikan nasihat kepada kita dahulu, kerana takut timbulnya kebosanan pada kita." (Muttafaq 'alaih)
698. Dari Abulyaqdzhan iaitu Ammar bin Yasir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya panjangnya seseorang dalam bersembahyang dan pendeknya dalam berkhutbah adalah suatu tanda kepandaian orang itu dalam urusan keagamaan. Oleh sebab itu, maka panjangkanlah shalat dan pendekkanlah berkhutbah." (Riwayat Muslim)
699. Dari Mu'awiyah bin al-Hakam as-Sulami r.a., katanya: "Pada suatu ketika saya bersembahyang bersama Rasulullah s.a.w., tiba-tiba ada seorang dari kaum yang berjamaah itu bersin, lalu saya mengucapkan: "Yarhamukallah." Kaum - yakni orang-orang itu -sama melemparkan pandangan mereka padaku, lalu saya mengucapkan: "Aduh bencana ibuku, mengapa engkau semua melihat padaku?" Orang-orang itu selalu memukulkan tangan-tangan mereka pada paha-paha mereka. Setelah saya mengerti bahawa mereka itu menyuruh saya supaya berdiam lalu saya pun berdiamlah.
Selanjutnya setelah Rasulullah s.a.w. selesai mengerjakan shalat, maka aduhai ayah dan ibuku, belum pernah saya melihat seorang guru pun sebelum saat itu dan bahkan sesudah itu sekalipun yang lebih bagus cara mengajarnya daripada beliau s.a.w. tersebut. Demi Allah, beliau tidak membentak-bentak padaku, tidak pula memukulku dan tidak pula mencaci maki padaku. Beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya shalat ini tidak patut di waktu mengerjakannya itu mengucapkan sesuatu dari ucapan manusia. Hanyasanya shalat itu adalah ucapan tasbih (Subhanallah), ucapan takbir (Allahu Akbar) serta bacaan al-Quran" atau seperti itu apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. Saya lalu berkata: "Ya Rasulullah, saya ini baru saja keluar dari masa jahiliyah, dan Allah sungguh-sungguh telah mendatangkan Agama Islam ini. Sesungguhnya di antara kita semua ini ada beberapa orang yang suka mendatangi ahli ramal -pedukunan." Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan engkau mendatangi mereka." Saya berkata lagi: "Di antara kita ada pula orang-orang yang merasa akan mendapat nasib buruk." Beiiau s.a.w. bersabda: "Hal itu adalah sesuatu yang mereka dapatkan dalam hati mereka sendiri, maka tentulah tidak dapat menghalang-halangi mereka," yakni hal itu tidak akan memberikan bekas apapun kepada mereka, baik kemanfaatan atau kemudharatan. (Riwayat Muslim)
700. Dari al-'Irbadh bin Sariyah r.a., katanya: "Kita semua diberi nasihat oleh Rasulullah s.a.w. berupa suatu nasihat yang kerana mendengarnya itu semua hati menjadi takut dan semua mata dapat mengalirkan air mata." Lalu ia menyebutkan Hadis itu dan sudah lampau keterangan selengkapnya dalam bab "Perintah memelihara sunnah,"dan sudah kami sebutkan pula bahawasanya Imam Tirmidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih - lihat Hadis no.
Bersikap Tenang Dan Pelan-pelan
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Pengasih ialah mereka yang berjalan di bumi dengan sikap sopan dan apabila orang-orang bodoh mengucapkan - kata-kata yang tidak baik, mereka menjawabnya dengan kata-kata "selamat." (al-Furqan: 63)
701. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya sama sekali tidak pernah melihat Rasulullah s.a.w. dalam ketawa itu bersangatan sehingga terlihat anak tekaknya, hanyasanya ketawa beliau s.a.w. itu adalah tersenyum. (Muttafaq 'alaih)
Allahawat jamaknya lahat iaitu daging yang ada di sudut terakhir dari atap mulut.
Sunnahnya Mendatangi Shalat, llmu Pengetahuan Dan Lain-lainnya Dari Berbagai Ibadat Dengan Sikap Pelan-pelan Dan Tenang
Allah Ta'ala berfirman;
"Dan barangsiapa yang mengagungkan peraturan-peraturan suci dari Allah, maka itulah setengah dari ketaqwaan hati." (al-Haj: 32)
702. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Apabila shalat telah diiqamati - yakni telah dibacakan iqamat, maka janganlah engkau semua mendatanginya sambil berlari-lari. Tetapi datangilah itu sambil berjalan dan hendaklah engkau semua selalu bersikap pelan-pelan - tidak tergesa-gesa kerana takut ketinggalan. Maka dari itu mana saja rakaat yang engkau semua dapati, ikutlah bersembahyang berjamaah sedang yang terlambat, maka sempurnakanlah - setelah imam bersalam." (Muttafaq 'alaih)
Imam Muslim dalam suatu riwayatnya menambahkan: "Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya seseorang dari engkau semua itu apabila bersengaja untuk melakukan shalat, maka ia sudah dianggap dalam bersembahyang - yakni sudah memperolehi pahala sembahyang itu."
703. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahawasanya ia bersama Nabi s.a.w. tiba pada hari Arafah, lalu Nabi s.a.w. mendengar suara gertakan keras, pukulan serta suara unta, kemudian beliau s.a.w. memberikan isyarat kepada mereka itu dengan cemetinya dan bersabda:
"Hai sekalian manusia, hendaklah engkau semua itu tetap bersikap pelan-pelan, kerana sesungguhnya kebajikan itu bukannya dengan bercepat-cepat."
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebagainya.
Memuliakan Tamu
Allah Ta'ala berfirman:
"Adakah sudah datang padamu ceritera tamu Ibrahim yang dimuliakan? Ketika mereka masuk kepada Ibrahim dan mengucapkan: "Salam - selamat." Ibrahim menjawab: "Salam," sedang dalam hatinya ia mengatakan: "Kaum - atau orang-orang - yang tidak dikenal." Kemudian ia dengan diam-diam pergi kepada ketuarganya, lalu datang dengan membawa daging anak sapi yang gemuk. Selanjutnya makanan itu dihidangkan kepada mereka, ia berkata: "Mengapa tidak engkau semua makan?" (adz-Dzariyat: 24)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Dan kaumnya - Luth - datang kepadanya dengan cepat-cepat, kerana sejak dulu mereka melakukan perbuatan yang buruk. Luth berkata: "Hai kaumku, ini adalah anak-anakku perempuan, mereka lebih suci untukmu semua, maka bertaqwalah engkau semua kepada Allah dan janganlah engkau semua memberikan kehinaan padaku kerana tamuku ini. Tidak adakah di antara engkau semua itu seorang lelaki yang bersikap baik?" (Hud: 78)
704. Dari Abu Hurairah r.a., bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah mempereratkan hubungan kekeluargaannya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah mengucapkan yang baik ataupun berdiam diri saja - kalau tidak dapat mengucapkan yang baik." (Muttafaq 'alaih)
705. Dari Abu Syuraih iaitu Khuwailid bin 'Amr al-Khuza'i r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya, iaitu jaizahnya." Para sahabat bertanya: "Apakah jaizahnya tamu itu, ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. bersabda: "Iaitu pada siang hari dan malamnya. Menjamu tamu - yang disunnahkan secara muakkad atau sungguh-sungguh - ialah selama tiga hari. Apabila lebih dari waktu sekian lamanya itu, maka hal itu adalah sebagai sedekah padanya." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Muslim disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: "Tidak halal bagi seseorang Muslim jikalau bermukim di tempat saudaranya - sesama Muslim, sehingga ia menyebabkan jatuhnya saudara tadi dalam dosa." Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, bagaimanakah tamu dapat menyebabkan dosanya tuan rumah." Beliau s.a.w. bersabda: "Kerana tamu itu berdiam di tempat saudaranya sedang tidak ada sesuatu yang dimiliki saudaranya tadi untuk jamuan tamunya itu," lalu tuan rumah mengumpat tamunya, melakukan dusta dan lain-lain.
Sunnahnya Memberikan Berita Gembira Dan Mengucapkan Ikut Bergembira Dengan Diperolehinya Kebaikan
Allah Ta'ala berfirman:
"Maka berikanlah berita gembira kepada bamba-hambaKu yang suka mendengarkan ucapan, lalu mengikuti mana yang sebaik-baiknya." (az-Zumar: 17-18)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Tuhan mereka memberikan kegembiraan kepada mereka -yakni orang-orang yang beriman dan berjihad dengan memperolehi kerahmatan, keredhaan dan syurga daripadaNya; di dalam syurga itu mereka mendapatkan kenikmatan yang abadi." (at-Taubah: 21)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Bergembiralah engkau semua - hai orang-orang yang bertuhankan Allah dan berpendirian teguh - dengan memperolehi syurga yang telah dijanjikan kepadamu semua." (Fushshilat: 30)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Kami memberikan berita gembira padanya - iaitu Ibrahim - bahawa ia akan memperolehi anak yang berhati sabar." (as-Shaffat: 101)
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Nescayalah benar-benar telah datanglah utusan-utusan Kami kepada Ibrahim dengan membawa berita gembira." (Hud: 69)
Lagi Allah Ta'ala berfirman:
"Dan isterinya - yakni Ibrahim - berdiri dengan tersenyum, lalu Kami sampaikan kepadanya berita gembira dengan kelahiran Ishaq dan sesudah Ishaq lahir pulalah Ya'qub." (Hud: 71)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Kemudian malaikat memanggilnya - yakni Zakariya - dan di waktu itu ia sedang berdiri melakukan shalat di Mihrab bahawa Allah memberikan berita gembira kepadamu dengan kelahiran Yahya." (ali-lmran: 39)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Ketika malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah memberikan berita gembira padamu dengan kalimat dari Tuhan, iaitu kelahiran anak bernama al-Masih Isa anak Maryam sampai habisnya ayat. (ali-lmran: 45)
Ayat-ayat dalam bab in! banyak sekali dan dapat dimaklumi. Adapun Hadis-hadisnya maka banyak sekali dan semuanya itu termasyhur dalam kitab Hadis shahih, di antaranya ialah:
706. Dari Abu Ibrahim, dikatakan pula bahawa namanya ialah Abu Muhammad dan ada yang mengatakan Abu Mu'awiyah iaitu Abdullah bin Aufa radhiallahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah memberikan berita gembira kepada Khadijah - isterinya - dengan memperolehi sebuah rumah di dalam syurga yang terbuat dari mutiara berlobang. Di situ tidak ada teriakan apa pun dan tidak pula ada kelelahan. (Muttafaq 'alaih)
Al-Qashab di sini ertinya ialah mutiara berlubang; as-Shakhab ertinya teriakan dan jeritan; an-Nashab iaitu kelelahan.
707. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. bahawasanya ia berwudhu' di rumahnya kemudian keluar lalu berkata: "Nescayalah saya akan menetap bersama Rasulullah s.a.w. dan selalu berada di sisinya pada hari ini." la mendatangi masjid, lalu menanyakan perihal Nabi s.a.w. Orang-orang sama berkata: "Beliau menuju ke sana."
Abu Musa berkata: "Saya lalu keluar mengikuti jejaknya sambil menanyakan perihal beliau, sehingga masuklah beliau ke perigi -atau sumur - Aris. Saya duduk di sisi pintu sehingga Rasulullah s.a.w. menyelesaikan hajatnya dan berwudhu'. Selanjutnya saya berdiri menuju ke tempatnya, beliau di saat itu sudah duduk di atas perigi Aris dan berada di tengah-tengah dinding perigi tersebut. Beliau membuka kedua betisnya dan melemberehkan keduanya itu di perigi. Saya lalu memberikan salam padanya, kemudian saya kembali terus duduk di sisi pintu. Saya berkata: "Benar-benar saya akan menjadi juru penjaga pintu Rasulullah s.a.w. pada hari ini."
Kemudian datanglah Abu Bakar r.a. lalu menolakkan pintu. Saya bertanya: "Siapakah ini?" la menjawab: "Abu Bakar." Saya berkata: "Tunggu sebentar." Saya pun pergilah lalu berkata: "Ya Rasulullah. Ini Abu Bakar datang meminta izin." Beliau s.a.w. menjawab: "Izinkan ia dan sampaikanlah berita gembira padanya bahawa ia akan memperolehi syurga." Saya menghadap kembali sehingga saya berkata kepada Abu Bakar: "Masuklah dan Rasulullah memberikan berita gembira pada anda bahawa anda akan memperoleh syurga." Abu Bakar lalu masuk, sehingga duduklah ia di sebelah kanan Nabi s.a.w. yakni berjajar dengannya di dinding perigi dan melemberehkan kedua kakinya di perigi itu. Saya telah meninggalkan saudaraku * iaitu Abu Burdah - berwudhu' lalu menyusulku lagi. Saya berkata: "Jikalau Allah itu menghendaki kebaikan pada seseorang - yang dimaksudkan ialah saudaranya itu, maka Allah mendatangkannya - untuk dapat hadhir di tempat Nabi s.a.w.
Tiba-tiba ada orang lain lagi yang menggerak-gerakkan pintu. Saya bertanya: "Siapakah ini?" la menjawab: "Umar bin al-Khaththab." Saya berkata: "Tunggu sebentar," lalu saya mendatangi Rasulullah s.a.w., memberikan salam padanya dan saya berkata: "Ini Umar datang meminta izin." Beliau s.a.w. bersabda: "Izinkanlah ia dan sampaikanlah berita gembira bahwa ia memperoleh syurga." Kemudian saya mendatangi Umar lalu berkata: "Rasulullah s.a.w. mengizinkan. Masuklah dan Rasulullah s.a.w. menyampaikan berita gembira pada anda bahwa anda memperoleh syurga." Umar masuk lalu duduk bersama Rasulullah s.a.w. di dinding perigi di sebelah kirinya dan melemberehkan pula kedua kakinya di perigi tadi. Seterusnya saja kembali lagi lalu duduk dan berkata: "Jikalau Allah menghendaki kebaikan pada seseorang - yang dimaksudkan ialah saudaranya itu, maka Allah mendatangkannya - untuk dapat hadhir di tempat Nabi s.a.w.
Seterusnya datang pula seorang lagi lalu menggerak-gerakkan pintu, saya berkata: "Siapakah ini?" la menjawab: "Usman bin Affan." Saya berkata: "Tunggu sebentar." Saya mendatangi Nabi s.a.w. lagi dan memberitahukan padanya kedatangan Usman. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Izinkanlah ia dan sampaikanlah berita gembira padanya bahawa ia akan memperolehi syurga dengan mendapatkan beberapa bencana yang akan mengenai dirinya." Saya datang lalu berkata: "Masuklah dan Rasulullah s.a.w. menyampaikan berita gembira pada anda bahawa anda akan memperolehi syurga dengan adanya beberapa bencana yang akan mengenai anda." Usman masuklah dan didapatinya bahawa dinding perigi telah penuh. Maka dari itu ia duduk menghadap beliau-beliau - yang datang dulu itu - di tepi yang sebelah lainnya."
Said bin al-Musayyab berkata: "Kemudian saya mentakwilkan sedemikian itu akan makam-makam beliau-beliau - yakni bahawa Rasulullah s.a.w. beserta kedua sahabatnya yakni Abu Bakar dan Umar radhiallahu 'anhuma menjadi satu dalam sebuah tempat iaitu di bilik Sayyidah Aisyah radhiallahu 'anha." (Muttafaq 'alaih)
Dalam sebuah riwayat lain ditambahkan;
"Rasulullah menyuruh saya - Abu Musa al-Asy'ari - untuk menjaga pintu." Juga dalam Hadis ini disebutkan bahawasanya Usman ketika diberitahu khabar bahawa ia akan memperoleh syurga, ia lalu mengucapkan puji-pujian kepada Allah Ta'ala kemudian berkata: "Allah yang dimohoni pertolongan," sebab ia tahu akan memperolehi bencana di belakang hari nanti.
708. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Kita semua duduk-duduk di sekitar Rasulullah s.a.w., beserta kita ada pula Abu Bakar dan Umar radhiallahu 'anhuma yakni dalam sekelompok sahabat. Kemudian Rasulullah s.a.w. berdiri dari hadapan kita lalu lambat benar kembalinya pada kita itu. Kita semua takut kalau-kalau mendapatkan suatu bencana tanpa sepengetahuan kita. Kita pun mulai takut lalu kita semua berdiri - untuk mencarinya. Saya lah pertama-tama orang yang merasa takut itu. Saya keluar mencari Rasulullah s.a.w. sehingga datang lah saya di suatu dinding pagar milik Bani Najjar. Saya berkeliling di sekitar dinding tadi, barangkali saya boleh mendapatkan pintunya, tetapi tidak saya temukan. Tiba-tiba di situ nampaklah suatu rabi' yang masuk ke tengah dari perigi yang ada di luar (rabi' iaiah selokan atau aliran air kecil). Saya pun lalu menggali tanah kemudian masuk menemui Rasulullah s.a.w. Beliau s.a.w. bersabda: "Abu Hurairah?" Saya berkata: "Ya, benar hai Rasulullah." Beliau bertanya: "Ada apakah engkau ini?" Saya berkata: "Tadi Tuan berada di muka kita semua, lalu Tuan berdiri, kemudian Tuan amat lambat datang kembali pada kita. Kita takut kalau-kalau Tuan mendapat sesuatu bencana tanpa sepengetahuan kita. Sayalah pertama-tama orang yang merasa ketakutan itu. Kerana itu saya mendatangi dinding ini lalu saya menggali tanah sebagaimana musang menggalinya. Orang-orang itu semua ada di belakang saya." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Hai Abu Hurairah," dan beliau memberikan dua buah terompahnya, lalu bersabda lagi: "Pergilah dengan dua buah terompahku ini. Maka barangsiapa yang engkau temui dari balik dinding ini yang menyaksikan bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dengan hati yang meyakinkan benar-benar akan hal itu, hendaklah engkau berikan berita gembira padanya bahawa orang tersebut akan memperolehi syurga."
Selanjutnya Abu Hurairah menyebutkan Hadis ini selengkapnya yang panjang. (Riwayat Muslim)
Ar-Rabi' ialah sungai kecil iaitu selokan - jadual - dengan menggunakan fathahnya jim, sebagaimana yang ditafsirkan dalam Hadis.
Ucapan Abu Hurairah r.a.: Ihtafartu, diriwayatkan dengan ra' dan dengan zai. Kalau dengan zai maknanya ialah saya menyusutkan diri dan saya mengecil sehingga dapatlah saya masuk ke dalam.
709. Dari Abu Syumasah, katanya: "Kita mendatangi 'Amr bin al-'Ash r.a. dan ia sedang dalam keadaan dihadhiri oleh kematian -yakni tidak lama lagi akan meninggal dunia. la menangis panjang -yakni lama sekali. Anaknya berkata: "Hai ayahku, bukankah Rasulullah s.a.w. telah menyampaikan berita gembira kepada anda, demikian. Bukankah Rasulullah s.a.w. telah menyampaikan berita gembira kepada anda, demikian." 'Amr lalu menghadapkan muka kepada anaknya itu, kemudian berkata: "Sesungguhnya seutama-utama apa yang kami sediakan - untuk pulang kembali ke alam akhirat - ialah bersyahadat bahawasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahawasanya Muhammad adalah pesuruh Allah. Sesungguhnya saya ini telah mengalami tiga tingkat. Dahulu sekali saya telah melihat diriku sendiri iaitu bahawa tiada seorang pun yang paling saya benci melebihi kebencian saya kepada Rasulullah s.a.w. dan tiada sesuatu yang lebih saya inginkan daripada sekiranya saya dapat menguasai beliau s.a.w. lalu saya membunuhnya. Maka andaikata saya mati dalam keadaan sedemikian itu, nescayalah saya termasuk golongan ahli neraka.
Selanjutnya setelah Allah menetapkan Agama Islam dalam hatiku, maka saya mendatangi Nabi s.a.w., lalu saya berkata: "Beberkanlah tangan kanan Tuan, supaya saya dapat berbat'at kepada Tuan." Beliau s.a.w. membeberkan tangan kanannya lalu saya menangkapkan tanganku - yakni menjabat tangan beliau s.a.w. itu. Beliau bertanya: "Ada apakah anda ini, hai 'Amr?" Saya berkata: "Saya menghendaki supaya diberi syarat." Beliau bertanya: "Dengan syarat apakah yang anda inginkan?" Saya menjawab: "Iaitu supaya saya diberi pengampunan - segala kesalahan yang lalu." Beliau bersabda: "Tidakkah anda ketahui bahawa Islam itu merosakkan apa-apa yang ada sebelumnya - yakni bahawa dosa-dosa yang dilakukan sebelum masuk Islam akan lenyap setelah seseorang itu masuk dalam Agama Islam itu. Juga bahawasanya hijrah itu merosakkan apa-apa yang sebelumnya dan bahawasanya haji juga merosakkan apa-apa yang sebelumnya." Sejak saat itu tiada seorang pun yang lebih saya cintai daripada Rasulullah s.a.w. Tidak ada pula seseorang yang lebih agung dalam pandangan mataku daripada beliau itu. Bahkan saya tidak dapat memenuhi kedua mataku dari kebesaran beliau itu, kerana sangat menjunjung tinggi padanya. Andaikata saya diminta untuk menghuraikan sifat beliau, tentu saya juga tidak dapat melakukannya, kerana saya tidak dapat memenuhi kedua mataku daripada keperibadian dirinya itu. Jikalau sekiranya mati dalam keadaan sedemikian ini, nescayalah saya dapat mengharapkan bahawa saya akan termasuk dalam golongan ahli syurga. Tetapi sesudah itu kami diberi kekuasaan untuk mengatur beberapa macam persoalan, yang saya sendiri tidak mengetahui bagaimana keadaanku dalam macam-macam persoalan tadi - yakni apakah saya di pihak benar atau salah.
Oleh sebab itu, jikalau saya meninggal dunia, maka janganlah saya disertai oleh tangisan yang keras-keras dan jangan disertai api - sebab mayat akan memperolehi siksa api neraka, jikalau keluarganya menangis melebihi batas yang dibolehkan dalam syariat Islam. Seterusnya jikalau engkau semua menanam tubuhku, maka tuangkanlah air sedikit demi sedikit di atas tanah. Kemudian beradalah engkau semua di sekitar kuburku sekadar lamanya menyembelih binatang lalu dibahagi-bahagikan dagingnya - maksudnya jangan terlampau lama di kubur itu, sehingga dengan demikian saya dapat merasa tenang dalam pertemuanku denganmu tadi dan saya dapat melihat apa yang akan saya berikan sebagai jawaban kepada para utusan Tuhanku - yakni para malaikat yang akan menanyainya dalam kubur." (Riwayat Muslim)
Ucapannya: syunnu diriwayatkan dengan menggunakan sin mu'jamah - berbunyi syunnu - dan ada yang dengan menggunakan sin muhmalah - berbunyi sunnu, ertinya ialah tuangkanlah air sedikit demi sedikit.
Wallahu Subhanahu a'lam.
Mohon Dirinya Seseorang Sahabat Dan Memberikan Wasiat Padanya Ketika Hendak Berpisah Dengannya Kerana Berpergian Atau Lain-lainnya. Mendoakannya Serta Meminta Doa Daripadanya (Supaya Didoakan Olehnya)
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan dengan itu pula - yakni supaya menjadi orang yang bulat-bulat menyerahkan diri kepada Allah - Ibrahim berwasiat kepada anak-anaknya dan juga Ya'qub. Ujar mereka: "Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu semua maka janganlah engkau semua mati, melainkan engkau semua menetapi Agama Islam.
Adakah engkau semua hadhir ketika Ya'qub didatangi oleh kematian, ketika ia mengatakan kepada anak-anaknya: "Apakah yang engkau semua sembah sepeninggalku nanti?" Mereka menjawab: "Kita semua menyembah Tuhanmu dan Tuhannya nenek moyangmu. iaitu Ibrahim, Ismail dan Ishaq yakni Tuhan yang Maha Esa dan kita semua menjadi pemeluk Agama Islam - yakni menyerahkan diri bulat-bulat kepada Tuhan." (al-Baqarah: 132-133)
Adapun Hadis-hadisnya, di antaranya ialah Hadis Zaid bin Arqam r.a. yang telah dihuraikan lebih dulu dalam bab Memuliakan ahli baitnya Rasulullah s.a.w., katanya: "Rasulullah s.a.w. pernah berdiri berkhutbah kepada kita, beliau bertahmid serta memuji kepada Allah, lalu menasihati dan memberi peringatan, kemudian bersabda:
"Amma ba'du, ingatlah wahai sekalian manusia, hanyasanya saya ini adalah seorang manusia, hampir sekali saya didatangi oleh utusan Tuhanku - yakni malakulmaut, kemudian saya harus mengabulkan kehendakNya - yakni diwafatkan. Saya meninggalkan dua benda berat- agung - iaitu pertama Kitabullah yang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya. Maka ambillah - amalkanlah - dengan berpedoman kepada Kitabullah itu dan peganglah ia erat-erat." Jadi Rasulullah s.a.w. memerintahkan untuk berpegang teguh serta mencintai benar-benar kepada Kitabullah itu.
Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Dan juga ahli baitku -keluargaku. Saya memperingatkan kepadamu semua untuk bertaqwa kepada Allah dalam memuliakan ahli baitku itu."
Diriwayatkan oleh Imam Muslim. Di muka sudah diterangkan selengkapnya yang panjang. Lihat Hadis no. 345.
710. Dari Abu Sulaiman yaitu Malik bin al-Huwairits r.a., katanya: "Kita semua mendatangi Rasulullah s.a.w. dan kita semua adalah para pemuda yang hampir berdekatan saja usianya. Kita semua bermukim di sisi beliau s.a.w. selama dua puluh malam -untuk belajar ilmu pengetahuan agama. Rasulullah s.a.w. adalah seorang yang kasih sayang serta lemah-lembut. Beliau mengira bahawa kita semua telah rindu kepada keluarga kita, lalu bertanya kepada kita tentang siapa-siapa dari keluarga kita itu yang kita tinggalkan. Kitapun memberitahukannya tentang hal itu. Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Kembalilah kini kepada keluargamu masing-masing, berdiamlah di dalam lingkungan mereka, berilah mereka pelajaran, perintahlah mereka - melakukan ketaatan, juga bersembahyanglah engkau semua shalat ini pada waktu begini dan shalat ini pada waktu begini - yakni shalat lima waktu. Jikalau waktu shalat sudah tiba, maka hendaklah seseorang di antara engkau semua itu membunyikan azan dan hendaklah menjadi imammu semua itu orang yang tertua dari engkau semua." (Muttafaq 'alaih) Imam Bukhari menambahkan dalam riwayatnya: "Rasulullah juga bersabda lagi: "Dan bersembahyanglah engkau semua itu sebagaimana engkau semua melihat cara saya bersembahyang."
Ucapannya: Rahiman rafiqan, diriwayatkan dengan fa' dan qaf -sebagaimana di atas, juga diriwayatkan dengan dua qaf - lalu berbunyi raqiqan yang ertinya halus perasaannya.
711. Dari Umar bin al-Khaththabab r.a.,katanya: "Saya meminta izin kepada Nabi s.a.w. untuk melakukan umrah lalu beliau s.a.w. bersabda: "Jangan engkau lupa untuk mendoakan kita, hai saudaraku." Beliau telah mengucapkan sesuatu kalimat yang saya tidak merasa senang memperolehi seisi dunia ini sebagai gantinya -maksudnya bahawa kalimat yang disabdakan oleh beliau s.a.w. kepada Umar r.a. yakni meminta didoakan dalam umrahnya nanti, dianggap amat besar nilainya melebihi nilai dunia dan seisinya.
Dalam riwayat lain disebutkan: "Nabi s.a.w. bersabda: "Sertakanlah kita, hai saudaraku dalam doamu itu!"
Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.
712. Dari Salim bin Abdullah bin Umar bahawasanya Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma berkata kepada seseorang ketika ia hendak berpergian: "Mendekatlah padaku sehingga saya dapat mengamanatkan sesuatu padamu sebagaimana Rasulullah s.a.w. mengamanatkan sesuatu pada kita - kalau kita hendak pergi. Beliau s.a.w. bersabda: "Saya menyerahkan kepada Allah akan agama dan amanat saudara serta semua akhir amalan saudara."
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.
713. Dari Abdullah bin Yazid al-Khathmi as-Shahabi r,a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila hendak mengucapkan selamat jalan pada sepasukan tentera, beliau bersabda: "Saya menyerahkan kepada Allah akan agamamu semua, amanatmu serta semua akhir amalanmu."
Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan lain-lain dengan isnad shahih.
714. Dari Anas r.a., katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah, saya hendak berpergian, maka berilah bekal kepada saya." Beliau s.a.w. bersabda: "Semoga Allah memberikan bekal ketaqwaan padamu." Orang itu berkata lagi: "Tambahkanlah-doa-untukku!" Beliau s.a.w. bersabda: "Dan semoga Allah memberi pengampunan padamu." Ia berkata lagi: "Tambahkanlah untukku!" Beliau s.a.w. bersabda pula: "Juga semoga Allah memberikan kemudahan padamu untuk memperolehi kebaikan di mana saja engkau berada."
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.
Istikharah (Mohon Pilihan) Dan Bermusyawarat
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan permusyawaratkanlah dengan mereka - yakni dengan para sahabat - dalam sesuatu perkara." (ali-lmran: 159)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan perkara mereka itu dimusyawaratkan antara mereka, yakni mereka itu sama bermusyawarat dalam perkara tersebut." (as-Syura: 38)
715. Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mengajarkan kepada kita cara melakukan shalat istikharah - yakni mohon pilihan kepada Allah, mana yang terbaik antara dua perkara atau beberapa perkara - dalam segala macam urusan, sebagaimana beliau s.a.w. mengajarkan surat dari al-Quran. Beliau s.a.w. bersabda:
"Jikalau seseorang dari engkau semua berkehendak pada sesuatu perkara, maka hendaklah bersembahyang dua rakaat yang tidak termasuk shalat fardhu, kemudian ucapkanlah - yang ertinya: Ya Allah, saya mohon pilihan kepadaMu dengan ilmuMu dan saya mohon ditakdirkan - untuk mendapatkan yang terbaik antara dua atau beberapa perkara - dengan kekuasaanMu, juga saya mohon kepadaMu akan keutamaanMu yang agung, kerana sesungguhnya Engkau adalah Maha Kuasa sedang saya tidak kuasa apa-apa, juga Engkau adalah Maha Mengetahui sedang saya tidak mengetahui dan Engkau adalah Maha Mengetahui segala sesuatu yang ghaib.
Ya Allah, jikalau Engkau mengetahui bahawa perkara ini memang baik untuk agamaku, kehidupanku dan akibat perkaraku - atau beliau s.a.w. menyabdakan: baik untuk urusanku sekarang dan urusanku di kemudian hari, maka takdirkanlah itu untukku dan permudahkanlah mendapatkannya padaku, selanjutnya berilah keberkahan padaku dalam urusan itu. Tetapi jikalau Engkau mengetahui bahawa perkara ini adalah buruk untuk agamaku, kehidupanku dan akibat perkaraku - atau beliau s.a.w. menyabdakan: baik untuk urusanku sekarang dan urusanku di kemudian hari, maka hindarkanlah itu dari diriku dan hindarkanlah aku daripadanya, lalu takdirkanlah mana-mana yang baik untukku di mana saja adanya kebaikan itu dan seterusnya berikanlah keredhaan padaku dengan melakukan yang baik tadi."
Beliau s.a.w. bersabda: "Dan orang yang melakukan istikharah itu supaya menyebutkan apa yang menjadi hajat keperluannya." (Riwayat Bukhari)
Sunnahnya Berpergian Ke Shalat Hari Raya, Meninjau Orang Sakit, Haji, Peperangan, Janazah, Dan Lain-lain Sebagainya Dari Satu Macam Jalan Dan Kembali Dengan Melalui Jalan Yang Selain Waktu Perginya Itu Kerana Memperbanyakkan Tempat Ibadat
716. Dari Jabir r.a., katanya: "Nabi s.a.w. itu apabila hari raya - yakni ketika pergi untuk shalatul'id, maka beliau menyalahi jalan." (Riwayat Bukhari)
Ucapannya: "Khalafath thariqa": menyalahi jalan ertinya ialah bahawa perginya melalui jalan yang satu sedang pulangnya melalui jalan lainnya lagi - bukan jalan waktu perginya tadi.
717. Dari Ibnu Umar radhialiahu 'anhuma bahawasanya Rasulullah s.a.w. itu keluar - dari Madinah - dari jalan Asysyajarah -yang di situ ada masjid Dzulhulaifah - dan masuk - yakni pulangnya -dari jalan Almu'arras - yang di situ ada masjid Almu'arras. Dan jikalau beliau s.a.w. masuk Makkah maka beliau itu masuk dari jalan Tsaniyyah Ulya - yang merupakan suatu jalan sempit antara dua buah bukit - dan keluar dari jalan Tsaniyyah Sufla - atau yang disebut Asysyabikah." (Muttafaq 'alaih)
Sunnahnya Mendahulukan Anggota Yang Kanan Dalam Segala Sesuatu Yang Termasuk Dalam Bab Memuliakan (Yakni Kerana Mulianya Anggota Kanan Itu) Misalnya Ketika Berwudhu', Mandi, Tayammum, Mengenakan Pakaian, Terompah, Sepatu, Celana, Masuk Masjid, Bersiwak (Bersugi), Bercelak, Memotong Kuku, Mencukur Kumis, Mencabut Rambut Ketiak, Mencukur Kepala, Bersalam Dari Shalat, Makan, Minum, Berjabatan Tangan, Menjabat Hajar Aswad, Keluar Dari Jamban, Mengambil, Memberi Dan lain-lain Yang Semakna Dengan Itu, Juga Disunnahkan Mendahulukan Anggota Yang Kiri Dalam Hal-hal Yang Sebaliknya Di Atas Seperti Berhingus, Berludah Di Sebelah Kiri, Masuk jamban, Keluar Dari Masjid, Melepaskan Sepatu, Terompah, Celana, Pakaian Serta Bercebok Dan Mengerjakan Apa-apa Yang Dianggap Kotor Dan Yang Serupa Dengan Itu
Allah Ta'ala berfirman:
"Maka barangsiapa yang diberi catatan amalnya - lalu diterima - dengan tangan kanannya, maka orang itu berkata:"Nah, cuba bacalah olehmu semua akan catatan amalku ini," sampai habisnya beberapa ayat. (al-Haqqah: 19)
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Adapun orang-orang golongan kanan. Apakah orang-orang golongan kanan itu? Dan orang-orang golongan kiri. Apakah orang-orang golongan kiri itu?" (al-Waqi'ah: 8-9)
718. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu gemar sekali mendahulukan anggota kanannya dalam segala hal yang dilakukan olehnya, baik dalam bersucinya, menyisir rambutnya serta mengenakan terumpahnya." (Muttafaq 'alaih)
719. Dari Aisyah radhiallahu 'anha juga, katanya: "Tangan Rasulullah s.a.w. yang kanan itu beliau gunakan untuk bersuci dan makan, sedang tangan beliau s.a.w. yang kiri itu untuk sesuatu yang dilakukan dalam jamban - seperti bercebok (membasuh air kecil dan air besar), mengambil batu dan menghilangkan kotoran - serta apa-apa yang merupakan kotoran - seperti berludah, beringus dan sebagainya."
Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan lain-lainnya dengan isnad shahih.
720. Dari Ummu 'Athiyyah radhiallahu 'anha bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda kepada kaum wanita dalam memandikan puterinya yakni Zainab - atau Ummu Kultsum di waktu wafatnya - radhiallahu 'anha: "Dahulukanlah olehmu semua anggota-anggotanya yang bahagian kanan serta tempat-tempat berwudhu' daripada tubuhnya itu." (Muttafaq 'alaih)
721. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Apabila seseorang dari engkau semua mengenakan terompah, maka hendaklah mendahulukan yang kanan dan apabila melepaskannya, maka dahulukanlah yang kiri. Hendaklah yang kanan itu yang pertama di antara kedua kaki yang dikenakan terompah dan yang terakhir ketika dilepaskan." (Muttafaq 'alaih)
722. Dari Hafshah radhiallahu 'anha bahawasanya Rasulullah s.a.w. menggunakan anggota kanannya untuk makan, minum dan mengenakan pakaiannya serta menggunakan anggota kirinya untuk yang selain di atas itu." (Riwayat Abu Dawud dan lain-lain)
723. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Apabila engkau semua mengenakan pakaian atau berwudhu', maka dahulukanlah anggota-anggota kananmu."
Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dengan isnad yang shahih.
724. Dari Anas r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. datang di Mina, lalu mendatangi jamrah, kemudian melemparnya, terus datang di rumahnya di Mina dan menyembelih korban. Selanjutnya beliau s.a.w. bcrsabda kepada tukang cukur rambut: "Ambillah - kepala untuk dicukur." Beliau s.a.w. menunjukkan ke bahagian sebelah kanannya kemudian bahagian sebelah kirinya, kemudian diberikan kepada para manusia. (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan: "Ketika beliau s.a.w. sudah melempar jamrah dan menyembelih kurbannya serta bercukur, beliau memberikan bahagian kepala sebelah kanannya, lalu tukang cukur itu mencukurnya. Kemudian beliau mengundang Abu Thalhah al-Anshari r.a. lalu memberikan rambutnya itu kepadanya. Seterusnya beliau memberikan bahagian kepala sebelah kirinya dan beliau menyabdakan: "Cukurlah!" Tukang cukur itu mencukurnya, lalu memberikan rambutnya itu kepada Abu Thalhah dan beliau bersabda: "Bahagikanlah ini kepada orang banyak."
Kitab Adab-adab Makanan Mengucapkan Bismillah Pada Permulaan Makan Dan Alhamdulillah Pada Penghabisannya
Keterangan:
Setiap manusia hidup pasti memerlukan makan minum. Ini sudah menjadi keharusan, sebab tanpa itu tentu mati. Tetapi makan dan minum itupun wajib menurut aturan nya.jangan asal suka, terus dimasukkan saja, sehingga perut menjadi sesak dan padat, penuh dan tidak ada kelonggarannya sama sekali.
Dalam Hadis-hadis di bawah ini Rasulullah s.a.w. memberikan tuntunan kepada kita:
1. Tidak satu wadahpun yang diisi oleh seseorang sampai penuh yang lebih buruk daripada ia mengisi perutnya. Ini adalah sebagai anjuran secara halus bahawa kita kalau makan jangan terlampau penuh dan padat isi perut itu. Oleh sebab itu Nabi s.a.w. pernah bersabda:
"Kita - kaum Muslimin - adalah suatu kaum yang tidak akan makan sehingga kita merasa lapar dan apabila kita makan tidak sampai kekenyangan."
Kegemaran makan sampai padat adalah sesuatu yang amat dikhawatirkan oleh Rasulullah s.a.w. atas ummatnya, sebagaimana sabdanya:
"Yang paling saya takuti di antara hal-hal yang saya takuti atas ummatku ialah besarnya perut, gendut kerana banyak makan, terus menerus tidur, kegemaran tidur yang melampaui batas, malas-malasan dan lemahnya keyakinan, tidak mempunyai pendirian yang tegas dan mantap."
2. Makan itu secukupnya saja asalkan tulang dapat berdiri untuk dapat digunakan bekerja, yakni tidak sampai kehilangan semangat sebab lapar.
3. Isi perut hendaklah dibahagi tiga macam, yakni sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiganya lagi untuk bernafas serta letak udara yang perlu dikosongkan, sehingga jiwa menjadi baik dan bersih.
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan sehubungan dengan urusan makan minum ini, iaitu:
a. Perut besar itu adalah rumah penyakit, sedang menjaga diri sebelum sakit adalah pokok pangkal pengubatan, kerana jikalau telah sakit tentu sukar diubati dan tentu makan waktu untuk kesembuhannya. Oleh sebab itu berlaku sederhanalah dalam makan minum,
b. Bukan banyaknya makanan yang menyebabkan kuatnya tubuh, tetapi makan secukupnya itulah yang membuat tubuh menjadi bersemangat dan menyebabkan kecerdikan dan berfikir.
c. Jikalau perut sudah terisi banyak makanan, maka sempitlah jadinya untuk isi minuman. Jikalau sudah di isi terlampau banyak dengan minuman, maka sempitlah jadinya untuk diisi udara. Kalau demikian itu, terjadi, maka kelesuan, kemalasan, kelelahan akan menghinggapi orang yang berbuat semacam itu. Hal ini sangat membahayakan kesihatannya, sebab akhirnya akan sering sakit-sakitan tubuhnya dan jiwanya menjadi pemalas dan gemar menganggur, fikirannya tumpul dan hilanglah semangat kerjanya.
Akibatnya timbullah berbagai angan-angan yang buruk dalam fikirannya.
Menilik hal-hal di atas itu, maka dapatlah kita menilai, betapa tinggi ajaran yang diberikan oleh Rasulullah s.a.w. itu kepada ummatnya. Selanjutnya terserahlah kepada kita sendiri untuk melaksanakan atau mengabaikannya. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita agar kita dapat selalu mengikuti dan mengamalkan ajaran-ajarannya itu. Amin.
Apa yang dihuraikan dalam nombor tiga di atas adalah sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad s.a.w. kepada seluruh ummatnya dan disabdakan dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam-imam Ahmad, Tirmidzi, Nasa'i serta Ibnu Majah yang oleh Imam Tirmidzi dikatakan sebagai Hadis hasan. Hadis ini diterima dari sahabat Almiqdam bin Ma'dikariba r.a.
Adapun sabda Rasulullah yang dimaksudkan ialah:
"Tiada seorang anak Adam (manusia)pun yang memenuhi sesuatu wadah yang lebih buruk daripada perut. Cukuplah anak Adam (manusia) itu makan beberapa suap saja yang dapat mendirikan (menguatkan) tulang belakangnya. Oleh sebab itu, apabila perut itu mesti diisi, cukuplah sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga lagi untuk pernafasannya (jiwanya)."
725. Dari 'Amr bin Abu Salamah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepadaku:
"Ucapkanlah Bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu serta makanlah dari makanan yang ada di dekatmu." (Muttafaq 'alaih)
726. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Apabila seseorang dari engkau semua makan, maka hendaklah menyebutkan nama Allah Ta'ala - yakni mengucapkan Bismillah. Jikalau ia terlupa menyebutkan nama Allah Ta'ala pada permulaan makannya itu, maka hendaklah mengucapkan: "Bismillahi awwalahu wa akhirahu," ertinya: Dengan nama Allah pada permulaan makan dan pada penghabisannya.
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dari Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.
727. Dari Jabir r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Apabila seseorang itu masuk rumahnya, lalu ia berzikir kepada Allah di waktu masuknya dan ketika makannya, maka syaitan berkata kepada kawan-kawannya: "Engkau semua tidak dapat memperolehi tempat bermalam serta makanan. Tetapi jikalau orang itu masuk lalu tidak berzikir kepada Allah Ta'ala ketika masuknya, maka syaitan berkata: "Engkau semua dapat memperolehi tempat bermalam." Selanjutnya jikalau orang tadi tidak pula berzikir kepada Allah Ta'ala ketika makannya, maka syaitan tadi berkata: "Engkau semua dapat memperolehi tempat bermalam serta makanan." (Riwayat Muslim)
728. Dari Hudzaifah r.a., katanya: "Kita semua itu apabila mendatangi makanan bersama Rasululiah s.a.w., maka kita tidak akan meletakkan tangan-tangan kita lebih dulu sebelum Rasulullah s.a.w. memulainya, lalu beliau meletakkan tangannya. Sesungguhnya kita semua pernah mendatangi makanan pada suatu ketika bersama beliau s.a.w., lalu datanglah seorang jariah - wanita, mungkin seorang hamba sahaya atau seorang merdeka, seolah-olah ia dijorokkan - kerana amat cepat jalannya, lalu ia maju untuk meletakkan tangannya pada makanan, kemudian Rasulullah s.a.w. mengambil tangannya - dilarang makan dulu. Seterusnya datang pulalah seorang A'rab - penghuni pedalaman negeri Arab, seolah-olah ia dijorokkan, lalu tangannya diambil pula oleh beliau s.a.w. Setelah itu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya syaitan itu mencari halalnya makanan itu apabila tidak disebutkan nama Allah Ta'ala atasnya - yakni tidak dibacakan Bismillah lebih dulu. Sebenarnya syaitan itu datang dengan membawa jariah ini untuk mencari halalnya makanan ini baginya, tetapi saya telah mengambil - yakni menahan - tangannya. Kemudian datang pulalah syaitan tadi dengan membawa orang A'rab ini untuk mencari halalnya makanan ini baginya, lalu saya ambil pula tangannya. Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya tangan syaitan itu ada di dalam genggaman tanganku int bersama kedua tangan orang yang kupegang ini."
Sesudah itu beliau s.a.w. menyebutkan nama Allah Ta'ala - yakni membaca Bismillah - lalu makan." (Riwayat Muslim)
729. Dari Umayyah bin Makhsyi as-Shahabi r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. - pada suatu ketika - duduk di situ ada seorang lelaki yang makan lalu tidak mengucapkan Bismillah, sehingga makanannya tidak tertinggal melainkan sesuap saja. Setelah orang itu mengangkatkan sesuatu yang tertinggal tadi di mulutnya, tiba-tiba ia mengucapkan: Bismillahi awwalahu wa akhirahu." Kemudian Nabi s.a.w. ketawa latu bersabda: "Tidak henti-hentinya syaitan tadi makan bersama orang itu. Tetapi setelah ia ingat untuk mengucapkan nama Allah - yakni setelah membaca Bismillah, maka syaitan tadi memuntahkan seluruh makanan yang telah ada dalam perutnya. (Riwayat Abu Dawud dan nasa'i)
730. Dari Aisyah radhiallahu'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. -pada suatu ketika - hendak makan sesuatu makanan bersama enam orang sahabat-sahabatnya. Lalu datanglah seorang A'rab - penghuni pedalaman negeri Arab, kemudian makan makanan itu dalam dua kali suap saja. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya saja andaikata orang ini suka membaca Bismillah - sebelum makannya tadi - nescaya makanan itu dapat mencukupi engkau semua pula -kerana adanya keberkahan dalam makanan itu."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.
731. Dari Abu Umamah r.a. bahawasanya nabi s.a.w. apabila mengangkat hidangannya - yakni setelah selesai makan - beliau s.a.w. mengucapkan - yang ertinya: "Segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya, makanan yang suci serta diberkahi, tidak diremehkan serta tidak pula dianggap kurang berguna, ya Tuhan kita." (Riwayat Bukhari)
732. Dari Mu'az bin Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang setelah selesai makan sesuatu makanan lalu mengucapkan - yang ertinya: "Segala puji bagi Allah yang telah memberikan makanan ini padaku dan memberikan rezeki itu padaku tanpa adanya daya serta kekuatan daripadaku, maka diampunkanlah untuknya apa-apa yang telah terdahulu dari dosanya."
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.
Jangan Mencela Makanan Dan Sunnahnya Memuji Makanan
733. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu tidak pernah mencela sama sekali pada sesuatu makanan. Jikalau beliau s.a.w. ingin pada makanan itu beliau pun memakannya dan jikalau tidak menyukainya, maka beliau tinggalkan - tanpa mengucapkan celaan padanya." (Muttafaq 'alaih)
734. Dari Jabir r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. meminta lauk pauk kepada keluarganya, lalu mereka berkata: "Tidak ada yang kita punyai melainkan cuka. Beliau s.a.w. lalu memintanya dan mulailah beliau makan serta bersabda: "Sebaik-baik lauk pauk ialah cuka, sebaik-baik lauk pauk ialah cuka." (Riwayat Muslim)
Apa-apa Yang Diucapkan Oleh Orang Yang Mendatangi Makanan Sedang Ia Berpuasa Dan Tidak Hendak Berbuka
735. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Apabila seseorang di antara engkau semua diundang - untuk menghadiri sesuatu jamuan makan, maka hendaklah mengabulkan undangan itu. Jikalau ia berpuasa, maka hendaklah ia berdoa sesuatu yang baik untuk keluarga yang mengundang itu -dan jikalau ia berbuka - yakni tidak berpuasa, maka hendaklah makan." (Riwayat Muslim)
Para alim ulama berkata: "Ertinya fal yushalli ialah hendaklah berdoa - agar keluarga seisi rumah orang yang mengundang itu memperolehi pengampunan dan keberkahan. Adapun ertinya fal-yath'am ialah hendaklah ia makan."
Apa Yang Diucapkan Oleh Orang Yang Diundang Untuk Menghadhiri Jamuan Makanan Lalu Diikuti Oleh Orang Lain
736. Dari Abu Mas'ud al-Badri r.a., katanya: "Ada seorang lelaki mengundang Nabi s.a.w. untuk menghadiri suatu jamuan makanan yang dibuat untuk beliau, sebagai seorang kelima dari lima orang yang diundang untuk itu. Tiba-tiba orang-orang yang diundang itu - diikuti oleh seseorang - yang tidak ikut diundang. Setelah beliau s.a.w. sampai di pintu, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Orang ini mengikuti kita semua. Jadi jikalau engkau suka mengizinkan untuk ikut - biarlah ia ikut, tetapi jikalau engkau tidak menyukainya, biarlah ia kembali saja." Orang yang mengundang lalu menjawab: "Bahkan saya mengizinkannya, ya Rasulullah." (Muttafaq 'alaih)
Makan Dari Apa-apa Yang Ada Di Dekatnya, Menasihati Serta Mengajarkannya Budi Pekerti Pada Seseorang Yang Buruk Ketika Makan
737. Dari Umar bin Abu Salamah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya - pada ketika itu - adalah seorang anak yang ada di bawah pengawasan Rasulullah s.a.w. tanganku berputar-putar ke sekitar piring - kalau makan. Lalu Rasulullah s.a.w. bersabda kepadaku: "Hai anak, ucapkanlah Bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari apa-apa yang dekat denganmu." (Muttafaq 'alaih)
738. Dari Salamah bin al-Akwa' r.a. bahwasanya ada seorang lelaki makan di sisi Rasulullah s.a.w. dengan tangan kirinya, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Makanlah dengan tangan kananmu." Orang itu menjawab: "Saya tidak dapat - makan dengan tangan kanan." Beliau lalu bersabda: "Engkau tidak dapat?" Tidak ada yang menyebabkan ia berbuat sedemikian itu kecuali karena kesombongannya. Maka ia tidak dapat mengangkatkan tangan kanannya ke mulut - untuk selama-lamanya sejak saat itu. (Riwayat Muslim)
Larangan Mengumpulkan Dua Buah Kurma Atau Lain-lainnya Jikalau Makan Bersama-sama Kecuali Dengan Izin Kawan-kawannya
739. Dari Jabalah bin Suhaim, katanya: "Kita semua terkena tahun paceklik berserta Ibnuz Zubair. Kemudian kita mendapat rezeki kurma. Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma berjalan melalui kita dan kita sedang makan, lalu ia berkata: "Jangan engkau semua mengumpulkan - yakni makan dua buah atau lebih dengan sekaligus, kerana sesungguhnya Nabi s.a.w. melarang mengumpulkan itu." Kemudian ia melanjutkan katanya: "Kecuali kalau yang seorang itu mengizinkan saudaranya." (Muttafaq 'alaih)
Apa-apa Yang Diucapkan Dan Dilakukan Oleh Orang Yang Makan Dan Tidak Sampai Kenyang
740. Dari Wahsyi bin Harb r.a. bahawasanya para sahabat Rasulullah s.a.w. berkata; "Ya Rasulullah, sesungguhnya kita semua ini makan dan tidak kenyang." Beliau s.a.w. bersabda: "Barangkali engkau semua berpisah-pisah - dalam makan itu." Mereka menjawab: "Ya." Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Maka dari itu berkumpullah engkau semua kepada makananmu itu dan sebutkanlah nama Allah - yakni bacalah Bismillah, tentu akan diberkahi dalam makanan itu." (Riwayat Abu Dawud)
Perintah Makan Dari Tepi Piring Dan Larangan Makan Dari Tengahnya
Dalam bab ini termasuk pulalah sabda Rasulullah s.a.w.: "Dan makanlah dari apa-apa yang ada di dekatmu."
Muttafaq 'alaih, sebagaimana yang diuraikan di muka.
741. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Keberkahan itu turun di tengah makanan, maka makanlah engkau semua dari kedua tepi makanan itu dan janganlah makan dari tengahnya."
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
742. Dari Abdullah bin Busr r.a., katanya: "Nabi s.a.w. mempunyai suatu tempat hidangan yang dinamakan Algharra' - artinya indah, dibawa oleh empat orang lelaki. Setelah mereka berada di waktu pertengahan siang serta telah melakukan shalat Dhuha, lalu didatangkanlah hidangan tadi -yakni telah diisikan roti didalamnya. Orang-orang sama berkumpul mengelilinginya. Setelah banyak jumlah mereka, Rasulullah s.a.w. duduk berlutut. Seorang A'rab - penghuni pedalaman negeri Arab - berkata: "Duduk cara apakah Tuan ini?" Rasulullah s.a.w. menjawab: "Sesungguhnya Allah membuat saya sebagai seorang hamba yang mulia dan tidak menjadikan saya seorang yang keras kepala serta berbuat kesalahan - dan berani menentang kebenaran." Selanjutnya Rasulullah s.a.w. bersabda pula: "Makanlah dari sekitar tepi-tepinya saja dan tinggalkanlah puncaknya, tentulah diberikan keberkahan pada makanan itu."
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad yang baik.
Dzirwatuha artinya puncak atau bagian yang teratas sekali. Dibaca dengan kasrahnya dzal - seperti di atas - atau dengan dhammahnya - lalu berbunyi dzurwatuha.
Kemakruhan Makan Sambil Bersandar
743. Dari Abu Juhaifah iaitu Wahab bin Abdullah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya tidak akan makan sambil bersandar - muttaki'." (Riwayat Bukhari)
Al-Khaththabi berkata: Almuttaki' di sini ialah orang yang duduk sambil bersandar pada kasur yang diletakkan di bawahnya." Katanya: "Orang itu bukannya berkehendak akan duduk di atas kasur atau bantal-bantal seperti kelakuan orang yang menghendaki untuk memperbanyakkan makanan, tetapi ia duduk sambil gelisah duduknya dan tidak tenang, juga makannya itu secukupnya belaka. Inilah yang diucapkan oleh al-Khaththabi.
Selain al-Khaththabi mengisyaratkan bahawasanya muttaki' ialah orang yang miring duduknya pada lambungnya yang sebelah. Wallahu a'lam.
744. Dari Anas r.a., katanya: "Saya melihat Rasulullah s.a.w. makan kurma sambil duduk berjongkok." (Riwayat Muslim)
Almuq'i atau duduk berjongkok itu ialah merapatkan kedua pantatnya di bumi dan mendirikan kedua betisnya.
Sunnahnya Makan Dengan Menggunakan Tiga Jari Dan Sunnahnya Menjilati Jari-jari Serta Kemakruhan Mengusap Jari-jari Sebelum Menjilatinya, Juga Sunnahnya Menjilati Piring Dan Mengambil Suapan Yang Jatuh Daripadanya Terus Memakannya, Juga Bolehnya Mengusap Jari-jari Sesudah Dijilati Pada Tangan, Kaki Dan Lain-lain Sebagainya
745. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda;
"Jikalau seseorang dari engkau semua makan sesuatu makanan, maka janganlah mengusap jari-jarinya sebelum menjilatnya - untuk mendapatkan keberkahan - atau menjilatkannya - kepada orang lain seperti kepada anaknya, muridnya dan lain-lain." (Muttafaq 'alaih)
746. Dari Ka'ab bin Malik r.a., katanya: "Saya melihat Rasulullah s.a.w. makan dengan menggunakan tiga jari. Kemudian setelah beliau selesai lalu menjilatinya." (Riwayat Muslim)
747. Dari Jabir r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. menyuruh untuk menjilati jari-jari dan piring dan beliau bersabda: "Sesungguhnya engkau semua tidak mengetahui di makanan yang manakah terletaknya keberkahan itu." (Riwayat Muslim)
748. Dari jabir r.a. pula bahawasanya Rasulullah s.a.w, bersabda: "Jikalau suapan seseorang di antara engkau semua itu jatuh, maka singkirkanlah kotoran-kotoran yang menempel di situ dan kemudian hendaklah memakannya serta janganlah ditinggalkan untuk dimakan oleh syaitan. Jangan pula seseorang itu mengusap tangannya dengan saputangan sehingga ia menjilati jari-jarinya, sebab sesungguhnya ia tidak dapat mengetahui di makanan yang manakah terletaknya keberkahan itu." (Riwayat Muslim)
749. Dari Jabir r.a. pula, bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya syaitan itu mendatangi seseorang dari engkau semua dalam segala hal yang dilakukannya, sampai pun ia datang pula ketika ia makan. Maka jikalau suapan seseorang di antara engkau semua itu jatuh, maka hendaklah diambilnya lalu menyingkirkan kotoran yang menempel padanya dan selanjutnya hendaklah memakannya dan janganlah ditinggalkan untuk dimakan oleh syaitan. Kemudian apabila ia telah selesai, maka hendaklah menjilat jari-jarinya, kerana sesungguhnya ia tidak mengetahui di makanan yang manakah terletaknya keberkahan itu." (Riwayat Muslim)
750. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila makan sesuatu makanan, maka beliau menjilati jari-jarinya yang tiga buah - yang digunakan untuk makan yakni ibu jari, telunjuk dan tengah - dan beliau s.a.w. bersabda: "Jikalau suapan seseorang dari engkau semua itu jatuh, maka singkirkanlah kotoran-kotoran yang menempel di situ, selanjutnya hendaklah memakannya dan janganlah ditinggalkan untuk dimakan oleh syaitan."]
Beliau s.a.w. juga menyuruh kepada kita supaya kita mengusap piring - lalu memakan sekali jikalau ada makanan yang ada di situ -dan beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya engkau semua tidak mengetahui di makanan yang manakah terletaknya keberkahan itu." (Riwayat Muslim)
751. Dari Said bin al-Harits bahawasanya ia bertanya kepada Jabir tentang hal apakah wajib berwudhu' kerana makan sesuatu yang terkena oleh api - yakni yang dimasak dengan api - lalu ia menjawab: "Tidak, sungguh-sungguh kita dahulu iaitu di zaman Nabi s.a.w. tidak mendapatkan makanan yang dimasak dengan api itu kecuali sedikit sekali. Jikalau kita menemukan makanan itu, kita tidak mempunyai saputangan-saputangan - untuk mengusap selesai memakannya - melainkan yang ada ialah tapak-tapak tangan kita, lengan-lengan kita serta kaki-kaki kita - maksudnya tapak tangan, lengan dan kaki itulah yang digunakan untuk mengusap jari-jari setelah selesai makan, seterusnya kita pun lalu bersembahyang dan kita tidak berwudhu' lagi." (Riwayat Bukhari)
Memperbanyakkan Tangan Pada Makanan — Yakni Hendaknya Ketika Makan Itu Beserta Orang Banyak
752. Dari Abu Huratrah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Makanan untuk dua orang itu dapat mencukupi tiga orang sedang makanan untuk tiga orang itu dapat mencukupi empat orang." (Muttafaq 'alaih)
753. Dari Jabir r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Makanan untuk seorang itu dapat mencukupi dua orang dan makanan dua orang itu dapat mencukupi empat orang, sedang makanan empat orang itu dapat mencukupi lapan orang." (Riwayat Muslim)